Kamis, 29 Januari 2009

ASAL USUL KANON
By : AHmad Ismail pain Ratu M.div

Kata 'Kanon' merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Ibrani qāneh, yang secara harfiah dapat diterjemahkan dengan “ukuran” atau “tali pengukur” dan kemudian dalam bahasa yunani berubah menjadi kanōn dan mendapat makna yang lebih penting: Pada abad ke-2 M kata kanones (bentuk jamak) dipakai sebagai istilah untuk Aturan atau Tata Gereja. Sejak abad ke-4 kata kanōn berarti ‘ukuran’ bagi iman Kristen. Jika istilah ini dipakai bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai sebagai ‘ukuran’ bagi Iman dan Hidup orang Kristen.
Sejarah
Orang-orang Yahudi telah membakukan bahwa kitab-kitab yang kita sebut Perjanjian Lama diilhami Allah, sedangkan yang lain tidak. Ketika orang-orang Kristen berhadapan dengan berbagai ajaran sesat, mereka mulai merasakan pentingnya membedakan tulisan-tulisan yang sesungguhnya diilhami Allah dan yang tidak.
Dua kriteria penting yang dipakai gereja untuk mengenal kanon (istilah Yunani yang artinya "standar") adalah yang berasal dari para rasul dan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja.
Dalam mempertimbangkan tulisan rasuli, gereja menganggap Paulus sebagai salah seorang rasul. Meskipun Paulus tidak berjalan bersama-sama dengan Kristus, Paulus bertemu dengan Kristus dalam perjalanannya ke Damaskus. Aktivitas penginjilannya yang tersebar luas – yang dibenarkan dalam Kisah Para Rasul – menjadikannya model seorang rasul.
Setiap Injil harus dihubungkan dengan seorang rasul. Dengan demikian, Injil Markus yang dihubungkan dengan Petrus dan Injil Lukas yang dihubungkan dengan Paulus, mendapat tempat dalam kanon. Setelah para rasul wafat, orang-orang Kristen sangat menghargai kesaksian yang ada dalam Injil tersebut, meskipun Injil tersebut tidak mengungkapkan nama rasul yang terkait.
Tentang penggunaan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja, petunjuknya ialah, "Jika banyak gereja memakai tulisan tersebut dan jika tulisan tersebut dapat terus-menerus meningkatkan moral mereka, maka tulisan tersebut diilhami". Meskipun standar ini menunjukkan pendekatan yang agak pragmatis, namun ada juga logikanya di balik itu. Sesuatu yang diilhami Allah akan mengilhami juga para penyembah-Nya; tulisan yang tidak diilhami pada akhirnya akan lenyap juga.
Namun, standar-standar tersebut saja tidak cukup untuk menentukan sebuah kitab sebagai kanon. Banyak tulisan ajaran sesat membawa-bawa nama rasul. Di samping itu, ada gereja-gereja yang memakai tulisan tersebut sedangkan yang lainnya tidak.
Menjelang akhir abad kedua, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus sangat dihargai hampir di semua pelosok. Meskipun tidak pernah ada daftar "resmi", gereja-gereja cenderung berpaling pada tulisan-tulisan ini karena dianggap memiliki otoritas spiritual. Para uskup yang berpengaruh seperti Ignasius, Clemens dari Roma dan Polikarpus telah menjadikan tulisan-tulisan ini mendapat pengakuan yang luas. Namun perdebatan masih berlangsung terhadap Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yudas serta Wahyu.
Daftar ortodoks mula-mula, yang disusun sekitar tahun 200, adalah Kanon Muratori Gereja Roma. Daftar ini meliputi sebagian besar Perjanjian Baru seperti yang kita ketahui masa kini, dan menambahkan Wahyu Petrus dan Kebijaksanaan Salomo. Kumpulan yang muncul di kemudian hari telah menghapuskan satu buku dan membiarkan yang lain, namun semuanya itu tetap mirip. Karya-karya seperti Gembala Hermas, Didache dan Surat Barnabas sangat disanjung, meskipun banyak orang enggan mengakui buku itu sebagai tulisan yang diiihami.
Pada tahun 367, Athanasius, uskup Alexandria yang ortodoks dan berpengaruh itu, menulis "Surat Paskah" yang beredar cukup luas. Di dalamnya ia menyebut kedua puluh tujuh buku yang sekarang kita kenal dengan nama Perjanjian Baru. Dengan harapan mencegah jemaatnya dari kesalahan, Athanasius menyatakan bahwa tiada buku lain dapat dianggap sebagai Injil Kristen, meskipun ia longgarkan beberapa, seperti Didache, yang menurutnya, akan berguna bagi ibadah pribadi.
Kanon yang dibuat Athanasius tidak menyelesaikan masalah. Pada tahun 397, Konsili Kartago mensahkan daftar kanon tersebut, tetapi gereja-gereja wilayah Barat agak lamban menyelesaikan kanon. Pergumulan berlanjut atas kitab-kitab yang dipertanyakan, meskipun pada akhirnya semua pihak menerima Kitab Wahyu.
Pada akhirnya, daftar kanon yang dibuat Athanasius mendapat pengakuan umum, dan sejak itu gereja-gereja di seluruh dunia tidak pernah menyimpang dari kebijakannya.

Inspirasi Dan Kanonisasi Alkitab

Inspirasi Alkita Inspirasi berarti proses dimana Allah campur-tangan terhadap para penulis Alkitab melalui pekerjaan Roh Kudus atas diri penulis, sehingga apa yang mereka tulis merupakan kata-kata asli mereka, tetapi sekaligus juga merupakan catatan yang akurat dari wahyu Allah yang tidak mengandung kesalahan. Bukan seperti seorang sekretaris yang secara mekanis didikte oleh atasannya untuk mengetik surat, tapi dengan berbagai cara yang Allah gunakan untuk memberikan Firman-Nya kepada manusia (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:20-21).
Dalam 2 Timotius 3:16 tertulis: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dalam bahasa Inggrisnya: “All Scripture is God breathed and is useful for teaching,.."
Kata God breathed di sini berarti sebagai 'penghembusan' (peniupan nafas) Ilahi kepada seorang manusia melalui Roh Kudus, yang mengakibatkan seorang tersebut berbicara atau menulis dengan kualitas, penglihatan, ketetapan dan otoritas yang tidak mungkin ada dalam kalimat atau tulisan orang lain yang tidak digerakkan Roh Kudus. Di sini Allah menafaskan Firman-Nya. Dengan demikian, maka pengarang Alkitab itu Allah sendiri. Alkitab bukan berisi Firman Allah, melainkan Alkitab sendiri adalah Firman Allah. Jadi meskipun Alkitab dituliskan oleh tangan-tangan manusia biasa, tetapi sumber tertinggi adalah Allah sendiri (2 Petrus 1:21). Para penulis itu digerakkan oleh inisiatif Roh Kudus, mereka tidak sanggup menolak gerakan Allah untuk berkata-kata dan menuliskan Firman-Nya (Yeremia 20:9; Amos 3:8).
Walaupun Allah mengontrol penulisnya, sehingga apa yang ditulis mereka hanyalah apa yang dikehendaki-Nya, para penulis tetap menggunakan pikiran dan kepribadian mereka sendiri selama proses penulisan tersebut. Hal ini begitu jelas terlihat dalam perbedaan gaya tulisan dan pendekatan yang digunakan masing-masing penulis tersebut.
Melalui keunikan pribadi penulis tersebut, Allah tetap dapat menyampaikan Firman-Nya. Dengan demikian wajar bila di dalam Alkitab termuat hal-hal yang cukup membuat para intelektual terpesona dan kagum, tetapi orang-orang biasa pun tetap dapat membaca dan memahaminya, dan bila dibaca dengan hati yang hormat pada Allah, mereka akan menemukan Allah sendiri di dalamnya.
Ketika kita membaca bagian-bagian Alkitab, kita tidak boleh melepaskan bagian tersebut dari konteksnya. Kita harus mencari apa yang ingin Allah ajarkan pada bagian-bagian tersebut. Alkitab bahkan tidak menutup-nutupi dosa para tokoh yang dipakai Allah, misalnya: Daud yang berzinah dengan Betsyeba dan membunuh Uria (2 Samuel 11), Yunus yang melarikan diri dari tugas yang diberikan Allah (Yunus 1:1-3). Hal-hal ini menunjukkan kejujuran Alkitab.
Inti berita yang Alkitab sampaikan adalah:
· Manusia diciptakan segambar Allah untuk tujuan yang mulia (Kejadian 1:26-28; Yohanes 10:10; Efesus 2:10)
· Manusia jatuh ke dalam dosa karena telah melanggar Firman Allah dan akibatnya adalah: kematian rohani, manusia terputus hubungan dari Allah, dan akhirnya manusia akan mengalami maut, kematian kekal. Namun Allah telah menjanjikan anugerah keselamatan (Kejadian 3; Roma 3:23; Roma 6:23)
· Karena kasih-Nya, Allah telah memberikan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk mati menebus manusia yang mau percaya kepada-Nya, dan bangkit untuk menyediakan tempat bagi mereka (Roma 8:1)
· Kristus akan datang lagi di akhir jaman, sebagai Hakim Agung atas dunia ini.


Kanonisasi
Istilah kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'tongkat pengukur, standar atau norma'. Secara historis, Alkitab telah menjadi norma yang berotoritas bagi iman dan kehidupan bergereja. Proses pengkanonan ini dilakukan oleh berpuluh-puluh ahli kitab suci dan bahasa yang dengan teliti dan serius memilah-milah banyak tulisan yang dianggap suci untuk menemukan kitab-kitab yang benar-benar suci dan diwahyukan Allah untuk kemudian dijadikan satu.
Tanda-tanda kanonitas meliputi:
· Kitab tersebut ditulis atau disahkan oleh para nabi/rasul.
· Kitab tersebut diakui otoritasnya di kalangan gereja mula-mula.
· Kitab tersebut mengajarkan hal yang selaras dengan kitab-kitab lainnya yang jelas termasuk dalam kanon.

Kanon Perjanjian Lama (PL)
Diawali oleh tulisan Musa, koleksi kanon PL yang mayoritas dalam bahasa Ibrani secara progresif akhirnya terbentuk sejak sekitar tahun 400 SM.
1. Loh batu yang berisi 10 hukum ditaruh dalam Tabut Perjanjian (Keluaran 40:20). Loh batu tersebut masih dalam tabut ketika Salomo membawa tabut tersebut ke dalam Bait Allah yang baru saja didirikan (1 Raja-raja 8:9).
2. Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa ditaruh di samping tabut Tuhan sebagai saksi atas kesalahan Israel (Ulangan 31:24-26; Keluaran 24:7).
3. Yosua menulis sebuah kitab yang melanjutkan kitab Taurat (Yosua 24:26).
4. Samuel menulis sebuah kitab, lalu ditaruh di hadapan Tuhan ( 1 Samuel 10:25).
5. Allah menggerakan orang lain untuk melanjutkan mencatat, misalnya: Kisah Daud oleh Nathan dan Gad (1 Tawarikh 29:29) Kisah Salomo oleh: Nathan, Ahia, Ido (2 Tawarikh 9:29)
6. Banyak mazmur yang ditulis oleh Daud, dan kitab nabi-nabi yang memakai nama nabi-nabi tersebut.
7. Dalam Yeremia 36:1-32 menceritakan Yeremia setelah bernubuat selama 23 tahun, baru diperintahkan Allah untuk menuliskannya. Setelah ditulis, kemudian dibacakan di hadapan raja Yoyakim. Tetapi raja membakar gulungan tulisan tersebut. Kemudian Allah menggerakkan Yeremia untuk menulis lagi dan memberikan Yeremia banyak berita lagi. Dalam Yeremia 36:25 ditulis ada orang-orang yang memohon supaya raja jangan membakar gulungan tulisan tersebut. Ini menunjukkan bahwa mereka percaya gulungan tulisan tersebut adalah Firman Allah.
8. Ketika Israel ditawan ke Babilonia, mereka membawa serta kitab Taurat.
Sebab Ezra menyelidiki Taurat di Babilonia dan membawa Taurat tersebut kembali ke Yerusalem (Ezra 7:6,14; Nehemia 8:1-2). Yang dimaksudkan Taurat (the Book of the Law) di sini diperkirakan adalah seluruh kitab PL yang telah ditulis saat itu.
9. Diperkirakan Ezra yang mengumpulkan semua kitab nabi-nabi paling akhir dalam PL dan menyatukannya menjadi kanon yang paling lengkap pada tahun 400 SM.
10. Sekitar tahun 200 SM (sekitar 280-150 SM), PL terjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta. Penterjemahan ini dilakukan di Mesir. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Fakta bahwa pada waktu itu PL telah diterjemahkan, berarti bahwa kanon PL telah lengkap dan semua kitab itu diterima sebagai Alkitab.

Pembagian Kitab dalam PL sesuai kanon:
Taurat
Terdiri dari 5 kitab: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan. Disebut juga Kitab Pentateuch (artinya lima volume). Penulisnya adalah Musa. Kitab Kejadian membicarakan permulaan dari segala sesuatu. Keempat kitab yang lain membicarakan hal permulaan bangsa Israel, sebuah bangsa yang dipilih Allah untuk menyatakan karya keselamatan-Nya bagi seluruh dunia.
Sejarah
Terdiri dari 12 kitab: Yosua, Hakim-hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester. Membicarakan tentang jatuh bangunnya bangsa Israel selama kurun waktu sekitar 1000 tahun:
· Israel menduduki Kanaan.
· Kebimbangan Israel di masa hakim-hakim.
· Kebangkitan Israel di masa Saul, Daud dan Salomo.
· Kerajaan Israel yang terpecah setelah Salomo wafat: Kerajaan Utara, runtuh tahun 722 SM; dan Kerajaan Yehuda, runtuh sekitar seabad setelah itu. Tiga kitab terakhir (Ezra, Nehemia, dan Ester) mencatat sejarah kaum Israel yang tersisa setelah masa pembuangan di Babilonia.
Nyanyian
Terdiri dari 5 kitab: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Mereka disebut kitab nyanyian/puisi karena bentuk tulisannya memang demikian. Ciri khusus kitab puisi Ibrani adalah 'sense rhythm' atau pengulangan gagasan.

Nubuatan
Terdiri dari:
· 5 kitab nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel.
· 12 kitab nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakaria dan Maleakhi.
Para nabi ini muncul untuk menyuarakan Firman Tuhan, khususnya di masa pemberontakan, masa kemunduran dan jatuhnya kerajaan Israel dan Yehuda. Para nabi menyatakan tentang penghakiman dan pemulihan bagi dua kerajaan tersebut (Kerajaan Utara dan Yehuda).

Setelah Kitab Maleakhi, di antara PL dan PB (Perjanjian Baru), menjelang kelahiran Kristus, ada masa dimana Allah diam (tidak ada inspirasi) selama 400 tahun.

Kanon Perjanjian Baru (PB)
Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, belum sebuah kitab pun ditulis mengenai diri dan ajaran-Nya, karena belum dirasa perlu – para saksi mata utama masih hidup. Jadi Injil masih dalam bentuk verbal, lisan; dari mulut ke mulut, oleh para rasul.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah para saksi mata dan para rasul berkurang, dan semakin banyak ancaman pemberitaan ajaran-ajaran sesat. Pada masa itu banyak ditemukan tulisan-tulisan yang bercorak rohani, yang sebenarnya bukan Firman Allah. Oleh karena itu gereja merasakan pentingnya ditentukan kitab-kitab mana sajakah yang dapat diakui berotoritas sebagai Firman Allah. Kemudian para rasul mulai menuliskan surat-suratnya untuk para jemaat, lalu perlahan-lahan dibuat salinan surat-surat itu untuk berbagai gereja dan salinan itu dibacakan dalam pertemuan gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:7, Wahyu 1:3). Tulisan-tulisan ini diinspirasikan oleh Allah (2 Petrus 1:20-21; Wahyu 22:18; Efesus 3:5).
Pada waktu yang bersamaan, ada orang-orang yang menulis kitab-kitab tentang Yesus dan surat-surat ke gereja-gereja, yang tidak termasuk kanon. Lambat- laun gereja-gereja mulai jelas mengenai kitab-kitab mana yang diinspirasikan oleh Roh Kudus.

Pada abad ke 2 kanon PB telah lengkap. Hal ini kita ketahui dari:
1. The Old Syriac – terjemahan PB pada abad kedua dalam bahasa Syria. Semua kitab ada, kecuali: 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu.
2. Justin Martyr pada tahun 140 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filipi dan 1 Timotius.
3. The Old Latin – sebuah terjemahan sebelum tahun 200 M. Terkenal sebagai Alkitab dari gereja Barat. Semua PB ada, kecuali Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus.
4. The Muration Canon pada tahun 170 M. Semua PB ada, kecuali: Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus (sama dengan The Old Latin).
5. Codex Barococcio pada tahun 206 M. Semua kitab PL dan PB ada, kecuali: Ester dan Wahyu.
6. Polycarp pada tahun 150 M pernah mengutip: Matius, Yohanes, sepuluh surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes dan 2 Yohanes.
7. Irenaeus (murid Polycarp) pada tahun 170 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filemon, Yakobus, 2 Petrus, dan 3 Yohanes.
8. Origen pada sekitar tahun 230 M menulis daftar kitab-kitab PB, sebagai berikut: ke-4 Injil, Kisah Para Rasul, ke-13 surat-surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu.
9. Eusebius di awal abad ke 4 menyebut semua kitab PB.
10. Pada tahun 367 M dalam Festal Letter yang ditulis oleh Athanasius, Bishop Alexandria, mencantumkan daftar 27 kitab-kitab PB.
11. Jerome pada tahun 382 M, Ruffinua pada tahun 390 M dan Augustine pada tahun 394 M mencatat kanon PB sebanyak 27 kitab.
12. Akhirnya pada tahun 397 M, konsili gereja di Carthago mengesahkan 27 kitab PB.
Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang ditebus, yang beriman sungguh-sungguh di dalam Kristus bukan menentukan atau menciptakan kanon, tetapi gereja hanya mengesahkan kitab-kitab yang memiliki tanda kanonitas dan karena itu kitab-kitab tersebut memiliki otoritas dalam gereja.

Pembagian kitab dalam PB sesuai kanon:
Injil
Terdiri dari empat kitab: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Mencatat tentang kehidupan dan pelayanan Yesus selama di dunia. Matius menekankan Yesus sebagai raja, Markus menekankan Yesus sebagai hamba, Lukas menekankan Yesus sebagai manusia, Yohanes menekankan Yesus sebagai Anak Allah. Meskipun keempat penulis mempunyai penekanan yang berbeda-beda, tetapi tulisan-tulisan mereka satu dengan yang lain tetap harmonis.
Sejarah
Terdiri dari satu kitab, yaitu Kitab Para Rasul. Mencatat perkembangan kekristenan setelah kenaikan Yesus.
Surat-surat
Terdiri dari:
· 14 surat Paulus: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, dan Ibrani.
· 7 surat bukan dari Paulus : Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Yudas.
Kitab Apokaliptik Terdiri satu kitab, yaitu Wahyu. Kitab ini merupakan kitab terklimaks dalam Alkitab, memberi kita gambaran mengenai masa yang akan datang dan penggenapan sejarah pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali sebagai Hakim yang Agung.

Alkitab (PL dan PB) sebagai Firman Allah Alkitab adalah Firman Allah, oleh karena itu Alkitab memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab manapun:
Berkuasa
Alkitab berkuasa dan memiliki wibawa tertinggi bagi kehidupan manusia. Alkitab menyatakan apa yang benar dan salah secara mutlak, sehingga manusia wajib mempercayai dan mengikutinya.
Cukup
Alkitab cukup untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia sesuai dengan yang Allah nyatakan. Alkitab tidak perlu ditambah atau dikurangi. Tidak ada kitab lain yang memiliki nilai otoritas dan kuasa yang setara dengan Alkitab. Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang boleh dibuang dan dinyatakan tidak berlaku sampai akhir dunia ini.
Tidak bisa khilaf (infallible) Karena Alkitab merupakan Firman Allah yang dituliskan melalui pengilhaman Roh Kudus, maka Alkitab tidak bersalah sedikit pun (tidak mungkin menyesatkan/khilaf) dalam maksud dan ajarannya.
Tidak bisa salah (inerrancy)
Alkitab tidak bisa salah karena bukan produk manusia. Alkitab diilhamkan oleh Allah yang Maha Benar sendiri dan Roh Kudus turut berperan dalam penulisannya. Karena itu Alkitab tidak bisa salah dalam ajaran, maksud dan juga kalimat-kalimatnya (baik secara geografis, historis, maupun teologis). Pemahaman ini khususnya menunjuk pada setiap huruf pada naskah asli Alkitab, yang tidak bersalah hingga detil terkecil.

Sumber:
1. Trivena Ambarsari, Bibliologi – Doktrin Alkitab, Momentum.
2. Miriam Santoso S. Th, Bibliologi – Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang
3. J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh , Kalam Hidup

KEUNIKAN KANONISASI ALKITAB

Alkitab terdiri dari 66 buah kitab yang disusun menjadi satu - disebut kanon ; sedangkan proses pemilahan dan penyusunan kitab-kitab ini disebut dengan kanonisasi. Meskipun kelihatannya unsur manusia sgt berperan besar dlm menentukan apakah suatu kitab itu layak dimasukkan ke dlm kanon atau tidak, namun ternyata Kanonisasi ini justru membuktikan Kemahakuasaan Tuhan. Tuhan yang memegang peranan penting dalam kanonisasi.

Kanon Alkitab disusun dari begitu banyak pilihan kitab-kitab yang 'dianggap' bersifat rohani pada masa itu. Ada banyak tulisan yang 'dianggap dari Tuhan' muncul pada masa intertestamental, masa di mana Tuhan 'berdiam diri' sekitar 400 tahun di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ; di antaranya adalah 12 karya yang disebut Kitab Apokrifa oleh Roma Katolik meskipun Sinode Yamnia telah mengeluarkan 12 karya itu dari kanon PL. (baca : Ensiklopedia Masa Kini Jilid 1, Jakarta : OMF, hal. 62.) Cobalah memahaminya dengan membayangkan seperti ini : meny! usun suatu bunga rampai yang terdiri dari 66 karya dari seluruh karya sastra di Indonesia ini yang periode kepenulisannya berusia 100 tahun (bukan 1500 tahun!), harus diambil dari berbagai penulis, berbagai bentuk tulisan, berbagai situasi - lalu dijadikan satu. Bunga rampai tersebut harus memenuhi tuntutan-tuntutan, misalnya harus memiliki kesinambungan dalam materi yang sedang dibahas, adanya kesamaan tema, prinsip etika serta pengajaran dasar. Tentunya hal itu merupakan hal yang mustahil. Terlebih jika karya tersebut dituntut harus memiliki kualifikasi yang dapat mempengaruhi manusia di semua zaman dan semua tempat, tentulah ini tidak pernah dapat dipenuhi sekalipun bunga rampai tersebut disusun oleh banyak tenaga ahli.

Sesungguhnya, bukan karena kehebatan dari orang-orang! yang melakukan kanonisasi yang menyebabkan Alkitab dapat disusun seperti yang kita miliki hari ini ; melainkan karena adanya "Arsitek" di belakang penyusunan itu. Inilah mujizat Roh Kudus yang terbesar di dlm mengaruniakan wahyu Tuhan kepada manusia, - tanpa itu tidak pernah ada kitab seperti Alkitab yang dapat dibuat di dalam sejarah manusia."




Tidak ada komentar:

Posting Komentar